httpsid.pinterest.compin852869248158084544 |
Jalur
pantura adalah denyut nadi perekonomian daerah Pulau Jawa. Setiap hari
perputaran dan dsitribusi barang terjadi di jalur pantura. Berbagai macam moda transportasi
berlalu lalang di jalur tersebut. Banyak dari supir tersebut yang berlalu
lalang beristirahat di warung-warung pinggir jalan. Kebanyakan dari mereka akan
memilih minum kopi untuk mengusir rasa kantuk. Kali ini akan akan membahas kopi
dari Lasem, Rembang dan Kota Pekalongan.
1. Kopi
lelet
https://id.pinterest.com/pin/777504323142412313/ |
Kopi
ini sebenarnya kaya kopi biasa, namun akan sanga istimewa dikalangan perokok. Kopi
yang memiliki rasa kuat ini menjadi ciri khas kota Lasem Rembang jawa tengah. Ampas
kopi yang begitu halus adalah salah satu ciri kopi tersebut. Rasa pahit yang
cukup kuat menjadi daya tarik sendiri. Budaya minumkopi di daerah ini bukan
hanya sebagai pendamping saat ngobrol di warung kopi, tetapi ada kegiatan lain
yaitu “lelet”. Cara menikmati kopi lasem adalah dengan menuang kopi yang masih
panas pada tatakan cangkir. Setelah itu sruput atau minum kopi selagi hangat
dan biarkan sisa ampas kopi berada di tatakan. Sisa kopi inilah yang nantinya
akan dijadikan tinta melukis rokok. Lelet adalah kegiatan menghias atau melukis
batang rokok dengan cara dilelet atau melumuri batang rokok dengan kopi. Kegiatan
inilah yang menjadi kegiatan utama ngopi di Lasem, Rembang. Bisa jadi ngopinya
sebentar namun melukis rorok (ngelelet) yang lama. Saking asyiknya lelet rokok
maka kegiatan ngbrol tergantikan dengan kegiatan tersebut. Rokok yang dileleti
sama kopi akan punya aroma berbeda dengan rokok biasa. Aroma kopi yang terbakar
akan menambah sensai yang berbeda saat menikmati rokok. Ya begitulah cara
menikmati kopi berbeda-beda antara budaya satu dengan budaya yang lain.
2. Kopi
tahlil
Bergeser
ke Pekalongan, ada kopi yang cukup unik di daerah ini yaitu kopi tahlil. Kota santri
ini terkenal dengan warganya yang sangat religius. Apalagi banyak pendatang
dari arab yang sudah lama bermukim disana sehingga terjadi akulturasi budaya. Namun
kopi tahlil bukan perpaduan budaya arab dan jawa. Salah satu pengakuan dari
penjual kopi tahlil sejan 2002 yait pak Usman, bahwa kopi ini ada sejarahnya. Kopi
tersebut disajikan pada saat menjamu orang selesai tahlian atau berdoa bersama.
Terus setelah tamu yang meminum kopi tersebut ternyata ada yang berbeda. Ada rasa
kopi dan aroma rempah-rempah yang sangat kuat. Para tamu menyukai kopi tersebut
dan menanyakan, nama minumannya apa ini? lalu pak Usman ini secara spontan
menjawab kalau itu “kopi tahlil” karena dia berpikir kopi tersebut disajikan
pada saat tahlilan. Rempah-rempah yang terdapat pada kopi tahlil
adalah,cengkih, jahe,kayu manis, kapulaga, serai,pandan, dan juga pala. Kesemua
bahan tersebut direbus bersama kopi dan gula merah yang sudah dihaluskan. Cara menyajikan
kopi tersebut yaitu dengan cara dicampuri dengan susu kental manis. Kopi tahlil
enak dinikmati bersama nasi khas Pekalongan yaitu megono dan gorengan.
LUAR BIASAAAA... SANGAT INFORMATIF....
BalasHapus