Indonesia
mempunyai berbagai macam kebudayaan yang sebagian besar masih lestari hingga
saat ini. Sebagai generasi bangsa kita patut menjaga kebudayaan yang kita
punya..
Dieng Culture
Festival, acara pesta budaya terbesar yang diadakan setiap tahunnya di Kawasan
Wisata Dieng dan Ruwatan Rambut Gimbal sebagai acara inti. Dieng Culture
Festival pertama kali diselenggarakan pada tahun 2010. Sebelumnya pernah
diadakan acara serupa namun lebih dikenal dengan sebutan “ Pekan Budaya Dieng”.
Lalu seiring berkembangnya zaman, masyarakat lokal Dieng dan kelompok sadar
wisata berinisiatif mengubah nama event tersebut menjadi Dieng Culture
Festival.
Acara tersebut
dimeriahkan dengan program-program menarik, mulai dari jazz atas awan yaitu
dimana kita dapat menyaksikan musik jazz dengan suhu mencapai delapan derajat
selsius. Oleh karena itu acara tersebut dinamakan jazz atas awan, karena kita merasakan
dingin seperti berada diatas awan. Lalu kita diajak melihat sunrise yang indah
di bukit Sikunir, dan acara tidak hanya sampai disitu. Kita dapat menyaksikan
pelepasan ribuan lampion dan mengikuti acara ruwat rambut gimbal atau
pemotongan rambut gimbal.
Masyarat dieng
percaya bahwa anak berambut gembel adalah anak bajang titisan Eyang Agung
Kaladate atau dikenal dengan sebutan Kyai Kolo Dete dan istrinya Nini Roro
Rence (Nini Ronce) selaku leluhur warga suku Dieng. Karena dianggap sebagai
titisan dewa itulah, maka anak berambut gembel tidak boleh dipotong rambutnya
secara sembrono (asal). Jika rambut anak gembel dipotong tidak melalui acara
ritual yang khusus, maka si anak akan jatuh sakit dan dipercaya akan
mendatangkan bencana bagi keluarganya.
Bagi masyarakat
Dieng, jumlah anak berambut gimbal berkorelasi dengan kesejahteraan masyarakat.
Semakin banyak jumlah anak berambut gimbal, masyarakat Dieng yakin
kesejahteraan mereka akan semakin baik. Begitu pula sebaliknya.
Semakin tahun
pengunjung dari acara tersebut semakin banyak. Bukan dari pulau jaw saja namun
ada juga yang datang dari luar jawa. Memang dieng sudah terkenal sejak dulu. Karena
banyaknya pengunjung maka panitia menambahkan aturan. Aturanya adalah mereka
yang ingin melihat dan mengikuti acara dieng culture festival harus membayar. harga
bervariasi. Harga itu tergantung apa yang akan di dapat. Ketika anda
menginginkan banyak fasilitas seperti penginapan, mengkuti keseluruhan acara
maka harga yang harus dibayarkan tidak terlalu murah. namun pengalaman yang
didapatkan akan melebihi apa yang kita bayarkan.
Kesiapan panitia
masih kurang. Seperti tahun kemrin ada kejadian luar biasa. Dieng membeku. Semua
peralatan yang akan digunakan dalam acara malampuncak dieng culture festival
membeku. Generator adalah alat yang paling terdampak. Terus masalah pengaturan
parkir juga belum sepenuhnya memadai. Terjadi
kemacetan panjang karena banyaknya kendaraan yang masuk ke area Dieng. Seharusnya kantung-kantung parkir lebih
diperbanyak lagi.
Demikianlah sedikit
sejarah dieng culture festival. Semoga acara tahun berikutnya lebih baik dan
menarik lagi. Selalu kangen untukmenikmati malam dingin di negeri para dewa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar